Seorang kawan bertanya bagaimana rasanya menjadi peran yang berbeda. Ini jawabanku jika aku yang berperan. Tentu saja apa yang kutulis di sini akan sangat subyektif...
Aku seorang penari ballet. Kenapa kaget? Memang jarang ada penari ballet laki-laki, dan dengan kultur negara kita, besar kemungkinan aku akan dianggap banci. Hei, aku normal! Okay, mungkin aku tidak memahami otot besar, dan aku memandang keindahan dari sudut pandang yang berbeda. Aku melihat keindahan dalam gerakan-gerakan ballet, ayunan tangan seiring alunan musik, dan putaran badan itu! Dan tentu saja, gadis-gadis cantik yang menarikannya. Dan aku, hanya ingin menari bersama mereka...
Saya, seorang pengusaha. Saya yakin, saya bisa lebih berkembang dengan usaha saya, daripada saya bekerja untuk orang lain. Saya bisa bekerja dengan ritme yang saya inginkan, dan bukannya saya juga membantu pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan? Tapi memang, saya harus jeli melihat peluang. Lengah, dan saya akan ketinggalan. Dan justru di saat dunia internasional dilanda krisis seperti sekarang, saya semakin tertantang.
Saya seorang CEO perusahaan besar. Tidak seperti namanya yang terlihat bonafid, ini sebuah pekerjaan berat. Saya bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan ini, dan juga atas para karyawan saya. Tidak mudah, karena banyak mata mengawasi dan siap menghakimi jika saya melakukan kesalahan, terutama para pemegang saham itu. Ah, apa artinya hidup tanpa tantangan?
Gue, fashion designer. Hasil karya gue dipake oleh sejumlah artis. Hidup gue ga jauh dari dunia entertainment. Mungkin karena inilah dunia yang paling peduli dengan urusan penampilan. Di sini ngga berlaku pepatah "jangan menilai buku dari sampulnya". Di sini lo bakal dinilai dari apa yang lo pakai. Gue ga keberatan. Paling tidak, gue jadi punya lahan pekerjaan.
Aku pemain sepakbola. Sayangnya, di negara ini profesi pemain sepakbola tidaklah segemerlap para pemain Serie A atau Premiere League. Bayaran pas-pasan. Bermain bola pun harus siap untuk perkelahian di lapangan yang bisa terjadi kapan saja. Masa depanku pun tak pasti. Setelah umur 30an, bisa jadi aku tidak ada harganya lagi sebagai pemain. Mungkin aku akan mencari jalan supaya bisa jadi pelatih...
Gue seorang illustrator, full-time. ... jujur gue bingung musti ngomong apa tentang kerjaan gue. Kayaknya gue lebih bisa mengungkapkan apa yang gue pikirin melalui gambar, bukan tulisan...
Gue, seorang artis. Terkenal? Bisa dibilang begitu. Paling tidak gue dikenal di banyak negara. Glamour, katanya. Haha. Dari luar memang terlihat berkilauan. Tapi di dalam sini, sangat melelahkan. Betul, berakting dan bernyanyi itu melelahkan, tapi gue menikmatinya. Yang lebih melelahkan itu adalah ngejaga image gue. Ini adalah dunia dimana seseorang akan dinilai dari luar. Maka, kalo gue masih mau terus mendapatkan tawaran-tawaran dengan bayaran tinggi, gue harus terlihat selalu sempurna. Percayalah, itu sangat melelahkan.
Saya seorang dosen. Maaf saya tidak sempat bercerita banyak, mesti ngajar nih sebentar lagi. Setelah selesai mengajar? Maaf, saya masih harus menyelesaikan proyek juga.
Aku seorang ibu. Haha. Tentu saja tidak. Ini tidak akan pernah terjadi.
Aku seorang bapak. Saat kulihat senyum di wajah anak-anakku, aku tahu, aku akan memperjuangkan masa depan yang layak bagi mereka. Aku akan membuka banyak kesempatan bagi mereka. Meski aku lelah bekerja sepanjang hari, aku akan menemani mereka sepanjang malam. Meski kelak mereka malu berjalan bersama bapaknya ini, dan mereka memilih berjalan bersama teman-temannya, aku akan tetap memperhatikan anak-anakku. Meski aku tua, tidak sanggup bekerja, dan terlupakan, aku tidak akan melupakan anak-anakku dalam doa-doaku.
Aku seorang musisi. Aku menemukan cintaku di dalam musik. Iramanya adalah langkahku, alunan nadanya adalah nafasku. Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa musik. Isi hatiku, pemikiranku, keluh kesahku, asmaraku, semua mengalun dalam musik. Ambil musik dariku, dan aku akan mati.
Saya seorang karyawan, bekerja di kantor. Berangkat pagi hari, bekerja sepanjang hari, pulang malam hari. Keseharian saya tak lebih dari sebuah rutinitas. Tapi tidak buruk juga. Ada tantangan, mengejar karir. Ada income bulanan yang pasti. Saya bisa kredit rumah, kredit mobil, dan mulai menyimpan dana untuk biaya anak-anak saya kelak. Rasanya aman, hidup seperti ini. Asal tidak dipecat saja.
Saya mahasiswa S3. Sering orang bertanya, untuk apa kuliah tinggi-tinggi? Entahlah. Ada banyak rasa penasaran di dalam hati yang mendorong saya untuk terus belajar, mencari jawaban. Yah, anggap saja jalan yang saya tempuh ini untuk memuaskan hati saya sendiri.
Aku seorang fotografer. Warna alam ini begitu indah, kawan! Aku ingin menangkap semua keindahan itu melalui lensa kameraku. Ada kepuasan tersendiri di dalamnya. Rasanya seperti aku memotong dunia dan menyajikannya di atas kertas. Aku sangat setuju dengan istilah "mengabadikan" yang sering dipakai orang untuk menyebut "memotret". Karena memang seperti itulah rasanya. Peristiwa alam yang terjadi dalam sekejap saja, ingin kusimpan agar bisa kunikmati kembali.
Saya orang kaya. Tidak usahlah anda bertanya dari mana kekayaan saya ini. Yang jelas, saya sanggup membeli apa yang saya inginkan. Termasuk para wanita cantik itu, haha! Saya bisa menjalani hari-hari semau saya. Apa yang mau saya makan, kemana saya mau berlibur, tidak ada batasan. Dengan uang, segalanya mungkin. Tentu, saya juga harus memikirkan bagaimana supaya kekayaan saya tidak habis.
Aku bekerja sebagai seorang penjaga toko. Melelahkan? Tidak juga. Ini perkerjaan yang sederhana. Semua orang mampu melakukannya, tapi tidak semua mau. Yang kuperlukan hanya senyum, dan tak lupa bahwa pelanggan adalah raja (meski tidak semua pelanggan layak menjadi raja). Tidak masalah selama mereka berbelanja di sini. Ini pekerjaan yang menghabiskan waktu. Aku harus berjaga sepanjang hari, ditambah sedikit berhitung-hitung pembukuan di malam hari. Pekerjaan ini tidak susah, tapi memang membosankan. Tidak apalah. Di waktu liburku aku bisa jalan-jalan.
Ketemu lagi dengan gue, sang superstar! Betul, gue artis yang tadi sudah bercerita. Haha...
Saya seorang guru. Setiap hari, saya harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai gedung sekolah. Saya tidak boleh terlambat, saya tidak boleh membiarkan murid-murid saya menunggu. Mendidik mereka adalah suatu pekerjaan mulia, dan penting. Apa yang mereka pelajari kini akan menentukan akan menjadi orang seperti apa kelak. Ini cita-cita saya sejak kecil. Saya menikmatinya. Meski honor tidak seberapa. Meski status saya tak juga dinaikkan menjadi PNS. Tidak mengapa. Pendidikan anak-anak itu lebih penting...
Aku seorang petualang. Banyak istilah yang sering dialamatkan padaku: pelancong, turis. Tapi aku lebih suka disebut petualang. Menembus hutan tergelap, mendaki gunung tertinggi, menyelami terumbu yang berwarna-warni, dan menikmati sunset pantai terindah, tujuan hidupku. Aku juga ingin menjumpai budaya-budaya yang berbeda di setiap sudut bumi. Bumi ini begitu kaya, begitu indah. Dan selama kakiku masih bisa melangkah, aku akan terus berjalan menyusuri bumi...
Aku seorang istri. ... sebentar, biar kuulang kata-kataku.
Aku seorang suami. Menikahi istriku adalah keputusan terbaik yang pernah kubuat. Mungkin memang banyak godaan di luar sana. Tapi tidak! Aku tidak akan tergoda! Aku mencintai istriku. Sepuluh, dua puluh, lima puluh tahun lagi, aku akan tetap mencintainya. Masalah pasti ada, kadang kebosanan menyergap, dan sex pun menjemukan. Tapi aku akan tetap bertahan. Meski kerut tak akan hilang dari wajahmu kelak dan putih rambutmu, aku akan tetap mencintaimu, sayangku, sampai akhir waktuku.
Gue, seorang penyihir. Tau gak elo, betapa menyenangkannya menjadi penyihir, heh? Gue bisa ngelakuin banyak hal yang ngga bisa lo lakuin! Gue bisa nyantet! Gue bisa ngehipnotis orang semau gue! Gue juga bisa mbunuh orang tanpa khawatir ketangkep polisi! Aaahahahaha! Ngiri aja LO SANA!!
Aku seorang penulis. Dan saat ini aku mencoba mengeksplorasi beragam peran dan karakter...
January 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment